INDIKATOR MUTU
RUMAH SAKIT Ir. SOEKARNO SUKOHARJO
Semakin menjamurnya rumah sakit di Indonesia, khususnya wilayah Solo Raya serta semakin tingginya tuntutan masyarakat akan fasilitas kesehatan yang berkualitas dan terjangkau, mau tidak mau membuat rumah sakit harus berupaya survive di tengah persaingan yang semakin ketat sekaligus memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut. Berbagai upaya telah ditempuh untuk memenuhi harapan tersebut. Pelayanan prima pada dasarnya ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien. Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit harus berkualitas dan memenuhi lima dimensi mutu yang utama yaitu: tangibles, reliability, responsiveness, assurance, and empathy. Disadari ataupun tidak, penampilan (tangibles) dari rumah sakit merupakan poin pertama yang ditilik ketika pasien pertama kali mengetahui keberadaannya. Masalah kesesuaian janji (reliability), pelayanan yang tepat (responsiveness), dan jaminan pelayanan (assurance) merupakan masalah yang sangat peka dan sering menimbulkan konflik. Dalam proses pelayanan ini faktor perhatian (empathy) terhadap pasien tidak dapat dilalaikan oleh pihak rumah sakit.
Ditinjau dari aspek praktis, pelayanan prima salah satunya dapat dilihat dari indikator keamanan dan kenyamanan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Keamanan dan kenyamanan ini terkait dengan bagaimana fasilitas yang terdapat di rumah sakit tersebut perlu diperhatikan. Peralatan yang ada harus memenuhi standar, ruang tunggu yang nyaman, pelayanan yang yang sesuai dengan standar, dan penampilan baik tenaga professional pemberi asuhan baik medis, perawat, maupun tenaga kesehatan lain yang simpatik.
Indikator Mutu Sasaran Keselamatan Pasien
Sebagai upaya penjaminan pelayanan yang aman kepada pasien, RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo melakukan pengukuran terhadap 6 sasaran keselamatan pasien, yang salah satunya adalah ketepatan pemakaian gelang identitas. Dimana dengan gelang identitas ini semua professional pemberi asuhan akan melakukan identifikasi terlebih dahulu kepada pasien sebelum melakukan tindakan, pemberian obat, pemberian diet makanan, pemberian produk darah dan pengambilan sample darah. Dengan langkah ini diharapkan bisa mencegah terjadinya kesalahan/kekeliruan dalam pemberian pelayanan pada pasien yang sedang dirawat.
Dalam melakukan pengukuran kepatuhan ketepatan pemasangan gelang identitas sebagai dasar dalam professional pemberi asuhan melakukan identifikasi terhadap pasien sebelum melakukan pelayanan RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo menggunakan pedoman profil indikator sebagai berikut.
Profile Indikator Mutu Sasaran Keselamatan Pasien
SKP 1
- Ketepatan Pemasangan Gelang Identitas pada pasien
Judul indikator | Ketepatan Pemasangan Gelang Identitas pada pasien |
Ruang Lingkup | Pemasangan gelang identifikasi Pasien dengan Benar |
Dimensi mutu | Safety |
Tipe indikator | Outcome |
Tujuan | Tergambarnya upaya rumah sakit dalam menjaga keselamatan pasien khususnya dalam prosedur identifikasi yang seragam di seluruh pelayanan rumah sakit |
Definisi operasional | 1. Identifikasi pasien yang tertulis di gelang identitas adalah terdiri dari 3 (tiga) identitas yaitu nama, tanggal lahir pasien dan nomor rekam medis.
2. Indikasi penggunaan gelang a. Gelang warna biru untuk pasien jenis kelamin laki-laki b. Gelang warna merah muda untuk pasien jenis kelamin perempuan c. Stiker warna kuning sebagai penanda pasien dengan resiko jatuh d. Stiker warna merah sebagai penanda pasien dengan riwayat alergi obat e. Stiker warna ungu sebagai penanda pasien DNR |
Alasan/ implikasi/ rasionalisasi | 1. Kesalahan identifikasi pasien diakui sebagai masalah yang terbesar di dalam organisasi kesehatan.
2. Kesalahan mengidentifikasi pasien merupakan salah satu risiko paling serius terhadap keselamatan pasien. |
Formula | Jumlah pasien yang tepat terpasang gelang identitas,berisi 3 (tiga) identitas yaitu nama, tanggal lahir dan nomer rekam medik ÷ Jumlah seluruh pasien yang di-survey dalam satu bulan × 100% = ___% |
Numerator | Jumlah pasien yang tepat terpasang gelang identitas, berisi 3 (tiga) identitas yaitu nama, tanggal lahir dan nomer rekam medik dan penanda alergi obat, resiko jatuh dan DNR |
Denominator | Jumlah seluruh pasien yang di-surveydalam satu bulan |
Target | 100% |
Sampling | Pengumpulan data dilakukan dengan total sampling, yaitu dengan melihat/observasi pemakaian gelang identitas pasien baru dalam satu bulan |
Kriteria inklusi | Seluruh pasien yang dirawat yang memakai gelang identitas warna pink atau warna biru serta penanda alergi obat, resiko jatuh dan DNR |
Kriteria eksklusi | – |
Pencatatan | Dilaksanakan oleh Pengumpul Data Ruangan Rawat Inap dengan melaksanakan survey setiap hari untuk ketepatan identifikasi pada gelang identitas pasien |
Analisa & pelaporan | 1. Rekapitulasi dan analisa sederhana dilaksanakan oleh Kepala Ruangan Rawat Inap sebagai informasi awal untuk unit masing-masing, kemudian data akan dilaporkan kepada Kepala Instalasi Rawat Inap.
2. Data beberapa Ruangan Rawat Inap akan direkapitulasi dan dianalisis oleh Kepala Instalasi Rawat Inap, kemudian akan dilaporkan kepada Tim KPRS. 3. Data Rumah sakit akan direkapitulasi dan dianalisis oleh Tim KPRS setiap bulannya yang akan dilaporkan Komite PMKP dan Direksi. 4. Secara umum data akan dievaluasi serta dideseminasikan kepada seluruh komponen rumah setiap tiga bulan yang dikoordinasikan oleh Komite PMKP. |
Area | Ruang rawat inap dan unit yang melakukan asuhan |
Penanggung jawab | Ketua Tim KPRS / Ketua Tim Area Keselamatan Pasien |
Metodologi pengumpulan data | □ Harian
□ Retrospektif |
Diseminasi data | Secara Umum data akan dievaluasi serta didesiminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit setiap 3 bulan yang akan dikoordinasikan oleh Komite PMKP |
Capaian ketepatan pemasangan gelang identitas pada bulan Maret 2017 terjadi penurunan karena terjadi perubahan regulasi terkait pemasangan gelang. Sebelumnya arah pemasangan gelang menghadap ke pasien, dan hasil evaluasi dari Tim area keselamatan pasien RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo merekomendasikan pemasangan gelang menghadap ke professional pemberi asuhan. Proses sosialisasi ketepatan pemasangan gelang senantiasa dilakukan melalui program telusur yang dilakukan oleh Tim Area Keselamatan Pasien sekaligus sebagai kegiatan monitoring untuk meningkatkan kepatuhan ketepatan pemasangan gelang identitas.
Indicator Mutu Kepuasan Pelanggan Di Rawat Inap
Kepuasan pasien (pelanggan) adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Dengan demikian tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang dirasakan dengan harapan. Pasien puas setelah menerima pelayanan yang sesuai dengan harapannya, pasien memutuskan memberikan suatu penilaian terhadap jasa dan bertindak atas dasar puas (Irawan 2007).
Kepuasan yang diperoleh konsumen pada dasarnya tergantung dari persepsi mereka terhadap kinerja produk dan harapan-harapannya terhadap nilai yang diberikan oleh produk tersebut jika kinerja produk yang dipersepsikan berada dibawah harapan, maka konsumen tidak puas (Kotler, 1997).
Dalam mengukur tingkat kepuasan pelanggan RSUD Ir. Soekarno melakukan pendataan persepsi pelanggan melalui kuisioner yang diberikan kepada pasien setelah dinyatakan boleh pulang oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari rasa enggan pada pelanggan ketika harus mengungkapkan perasaan tidak puas terhadap pelayanan.
Pedoman pengumpulan data digunakan Profil Indikator kepuasan pelanggan di rawat inap seperti berikut;
IAM 5
- Kepuasan pelanggan di rawat inap
Judul | Kepuasan Pelanggan di rawat inap |
Ruang Lingkup | Harapan dan Kepuasan Pasien dan Keluarga |
Dimensi Mutu | Efektifitas |
Tipe indikator | Hasil |
Tujuan | Terselenggaranya pelayanan rawat inap yang mampu memberikan kepuasan pelanggan |
Alasan/ implikasi/ rasionalisasi | 1. Masih adanya keluhan tentang kepuasan pelayanan pasien di rawat inap
2. Janji hasil pelayanan salah satunya adalah kepuasan pelanggan
|
Definisi Operasional | Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan |
Formula | Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan rawat inap yang di survey ÷ Jumlah seluruh pasien yang disurvey x 100%
|
Numerator | Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan rawat inap yang di survey |
Denominator | Jumlah seluruh pasien rawat inap yang disurvey
Untuk menentukan jumlah sampling : – Jumlah sampling jika populasi kurang dari 100 menggunakan total sampling, jika populasi ≥100 s/d 1000 dipakai 30% dari populasi, jika populasi ≥ 100 dipakai sampling 10% dari populasi. – Pengambilan sampel berlaku untuk semua pasien yang pulang dari rawat inap |
Frekuensi Pengumpulan Data | 1 bulan |
Periode Analisa | 3 bulan |
Standar | ≥ 90% |
Sampling | Pengumpulan data dilakukan dengan survey |
Inklusi | – |
Eksklusi | Pasien APS, meninggal dan dirujuk |
Pencatatan | Pencatatan dilaksanakan setiap bulan oleh Pengumpul Data ruangan rawat inap. |
Analisa & pelaporan | 1. Rekapitulasi dan analisa sederhana dilaksanakan oleh Kepala Ruangan Rawat Inapsebagai informasi awal untuk semua unit/instalsi, kemudian setiap bulan data akan dilaporkan kepada Kepala Instalasi Rawat Inap
2. Kepala Instalasi Rawat Inapmelakukan rekapitulasi dan melaporkan ke Komite PMKP dan Direksi. 3. Secara umum data akan dievaluasi serta dideseminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit setiap tahun yang dikoordinasikan oleh Komite PMKP |
Sumber data | Survey |
Area | Area Rawat Inap |
Penanggung jawab pengumpul data | Kepala Instalasi Rawat Inap |
Metodologi Pengumpulan data | □ Harian
□ Retrospektif |
Diseminasi data | Secara Umum data akan dievaluasi serta didesiminasikan kepada seluruh komponen rumah sakit setiap 3 bulan yang akan dikoordinasikan oleh Komite PMKP |
Nama form pengumpulan data | IAM. 5 |
Dalam periode bulan Januari – Oktober 2017 kepuasan pelanggan terjadi fluktuasi akan tetapi masih diatas standar yang ditentukan oleh rumah sakit yaitu 90%. Sedangkan rata-rata indek kepuasan pelanggan selama periode tersebut diatas 96%. RSUD Ir. Soekarno tetap melakukan pemantauan terhadap tingkat kepuasan pelanggan dan menganggap bahwa kritik/komplain dari masyarakat merupakan harapan masyarakat yang belum mampu dipenuhi manajemen rumah sakit. Untuk itu manajemen rumah sakit berupaya untuk memenuhi tuntutan masyarakat dengan membentuk pos pengaduan (handling complain) baik secara langsung oleh bagian humas rumah sakit pada jam kerja maupun melaui layanan pesan singkat (SMS)
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas kesehatan. Infeksi terkait pelayanan kesehatan (Health Care Assosiated Infections ) yang selanjutnya disebut HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien yang terjadi selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.(Kemenkes RI, 2017)
Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya bisa dicegah jika fasilitas kesehatan secara konsisten melaksanakan program PPI. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat menerima pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan atau rumah sakit.
Menurut Kementria kesehatan tahun 2017, jenis infeksi / HAIs yang sering terjadi dalam fasilitas kesehatan khususnya rumah sakit adalah ;
- Infeksi Aliran Darah (IAD)
- Infeksi Saluran Kemih (ISK)
- Infeksi Daerah Operasi (IDO)
- Ventilator Assosated Pnemonia (VAP)
Dalam upaya meminimalkan angka kejadian infeksi yang didapat di rumah sakit RSUD Ir. Soekarno melakukan upaya pemantauan secara ketat melalui program kerja PPI. Dalam upaya pemantauan terhadap resiko infeksi selama pelayanan Komite PPI RSUD Ir. Soekarno menggunakan kamus indicator PPI sebagai berikut;
- Infeksi Lokasi Infus (ILI/Plebitis)
Judul | Infeksi akibat jarum infus (plebitis) |
Ruang Lingkup | Pencegahan dan Pengendalian Infeksi |
Dimensi mutu | Efektivitas, efisiensi, keselamatan dan keamanan |
Tipe indikator | ![]() |
Tujuan | 1. Pencegahan atau koreksi ketidakseimbangan cairan elektrolit atau darah.
2. Akses kegawatdaruratan atau pemberian obat. 3. Memberikan makanan pada pasien yang tidak atau tidak boleh makan minum melalui mulut. |
Definisi operasional | Pemasangan infus adalah tindakan memasukkan kateter intravena ke dalampembuluh vena pasien untuk pemberian cairan/ elektrolit atau terapi lainnya |
Numerator | Jumlah pasien yang terinfeksi akibat pemasangan jarum infus sesuai kriteria dalam dalam periode tertentu. |
Denominator | Jumlah lama hari pemasangan infus dalam periode tertentu. |
Cara Penghitungan | Jumlah kasus infeksi jarum infus x 1000= ‰
Jumlah lama hari pemasangan infus |
Kriteria Inklusi | Semua pasien yang dilakukan pemasangan infus di RSUD Kabupaten Sukoharjo. |
Kriteria Eksklusi | Semua pasien yang sudah terpasang infus dari luar. |
Metodologi Pengumpulan Data | Survey |
Frekuensi pengumpulan data | 1 bulan |
Periode analisis | 1 bulan |
Sumber data | Rawat Inap dan Tim PPI |
Standar | ≤5,6 ‰ |
Penanggung jawab pengumpul data | Tim PPI |
- Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Judul | Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) |
Dimensi mutu | Efektivitas, efisiensi, keamanan |
Tipe indikator | ![]() |
Tujuan | Menurunkan dan mengendalikan kejadian infeksi pada saluran kemih |
Definisi operasional | Infeksi Saluran Kemih yang didapatkan di rumah sakit akibat pemasangan kateter menetap dan termasuk ISK Asymptomatik dengan adanya kenaikan jumlah lekosit pada urin > 10 LPB yang didapatkan pada pemeriksaan urin ruti pada hari pertama sebelum pemasangan kateter menetap dan pada hari ketiga. |
Numerator | Jumlah pasien yang terinfeksi akibat penggunaan kateter urin menetap sesuai kriteria dalam kurun waktu tertentu |
Denominator | Jumlah hari pemasangan kateter urin dalam kurun waktu tertentu |
Cara perhitungan | Jumlah kasus ISK x 1000= ‰
Jumlah lama hari pemasangan kateter urin |
Kriteria Inklusi | 1. Berfokus pada pasien yang dipasang kateter urin di RSUD Kabupaten Sukoharjo saja, terkait dengan pemasangan dan perawatan kateter di rumah sakit (ISK Asymptomatik)
2. Sebelum dilakukan pemasangan kateter urin, dilakukan pemeriksaan urin rutin pada hari pertama dan hari ketiga dengan hasil sedimen urin (AL) > 10 LPB. 3. Pasien yang hanya terpadang kateter menetap. 4. Pemeriksaan kultur urin kuantitatif. |
Ktiteria Eksklusi | 1. Pasien dengan kasus urologi.
2. Pasien yang datang ke RSUD Kabupaten Sukoharjo sudah terpasang kateter urin (DC). 3. Pasien yang dengan hasil AL (sedimen) > 10 LPB pada pemeriksaan urin rutin yang pertama. 4. Pasien yang terpasang kondom kateter. 5. Pasien yang dipasang nelaton kateter. |
Metodologi Pengumpulan Data | Survey |
Frekuensi pengumpulan data | Harian |
Periode analisis | 1 bulan |
Sumber data | Ruang rawat inap dan Tim PPI |
Standar/Target | ≤ 4,6‰ |
Penanggung jawab pengumpul data | Tim PPI |
- Angka Kejadian Infeksi Luka Operasi (ILO)
Judul | Angka Kejadian Infeksi Luka Operasi (ILO) |
Dimensi mutu | Efektivitas, efisiensi, keamanan |
Tipe indikator | ![]() |
Tujuan | Menurunkan dan mengendalikan angka Infeksi Luka Operasi |
Definisi operasional | 1. ILO Superficial (Superficial Incisional SSI) adalah infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi dan mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (sub cutan) pada tempat insisi.
2. ILO Profunda (Deep Incisional SSI) adalah infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi tanpa pemasangan implant atau dalam waktu 1 tahun bila operasi dengan pemasangan implant dan infeksi diduga ada kaitannya dengan prosedur pembedahan dan mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fascia dan lapisan otot) pada tempat insisi. 3. ILO Organ/Rongga Tubuh (Organ/Space SSI) adalah infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi tanpa pemasangan implant atau dalam waktu 1 tahun bila operasi dengan pemasangan implant dan infeksi diduga ada kaitannya dengan prosedur pembedahan dan infeksi mengenai semua bagian dari tubuh, kecuali insisi kulit, fascia, dan lapisan otot yang sengaja dibuka atau dimanipulasi selama prosedur/tindakan. |
Numerator | Jumlah kasus infeksi luka operasi yang terjadi dalam waktu tertentu |
Denominator | Jumlah pasien operasi pada waktu tertentu |
Cara perhitungan | Jumlah kasus infeksi yang terjadi periode tertentu x 100 = %
Jumlah semua pasien operasi periode tertentu |
Kriteria Inklusi | 1. Pasien yang melakukan periksa ulang di Klinik luar, tetapi dokter yang memeriksa adalah dokter Operator/DPJP pada saat dilakukan tindakan pembedahan.
2. Pasien post operasi yang masih dirawat dirumah sakit karena kondisi yang lemah selama dalam waktu ≤ 1 bulan. |
Kriteria Eksklusi | 1. Pasien yang dilakukan tindakan pembedahan di RS lain dan periksa ulang di RSUD Kabupaten Sukoharjo.
2. Pasien yang periksa ulang dan ada tanda-tanda infeksi akibat pembedahan dalam kurun waktu >1 bulan tetapi tidak terpasang implant. |
Metodologi Pengumpulan Data | Survey |
Frekuensi pengumpulan data | Harian |
Periode analisis | 1 bulan |
Sumber data | 1. Ruang rawat inap, Poliklinik rawat jalan
2. Tim PPI |
Standar/Target | ≤ 1,5 % |
Penanggung jawab pengumpul data | Tim PPI |
- Angka Infeksi Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
Judul | Angka Infeksi Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
|
Dimensi mutu | Efektivitas, efisiensi, keamanan |
Tipe indikator | ![]() |
Tujuan | Untuk menurunkan dan mengendalikan laju infeksi pada paru (pneumonia) akibat pemakaian ventilator |
Definisi operasional | Infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian ventilasi mekanik > 48 jam, dan sebelumnya tidak ditemukan tanda-tanda infeksi saluran napas. |
Numerator | Jumlah pasien yang terinfeksi akibat pemakaian ventilator |
Denominator | Jumlah lama hari semua pasien yang terpasang alat ventilator |
Cara perhitungan | Jumlah pasien VAP x 1000= ‰
Jumlah lama hari semua pasien yang terpasang ventilator |
Kriteria Inklusi | Semua pasien pneumonia yang terpasang ventilator di RSUD Kabupaten Sukoharjo dan berdasarkan hasil foto rontgen sebelumnya tidak didapatkan adanya infiltrat (pneumonia). |
Kriteria Eksklusi | 1. Pasien pindahan dari RS lain dan sudah terpasang ventilator, trakheostomi, dan ETT.
2. Berdasarkan hasil foto rontgen didapatkan adanya pneumonia sebelum pasien menjalani perawatan di ruang ICU/ICCU. |
Metodologi Pengumpulan Data | Survey |
Frekuensi pengumpulan data | Harian |
Periode analisis | 6 bulan |
Sumber data | Ruang ICU dan Tim PPI |
Standar/Target | < 1,5 ‰ |
Penanggung jawab pengumpul data | Tim PPI |
HASIL SURVEYLANS HAIs TAHUN 2017
RSUD KABUPATEN SUKOHARJO
No. | HAIs | Januari | Februari | Maret | April | Mei | Juni | Juli | Agust | Sept | Okt |
1 | Flebitis | 0‰ | 1,16‰ | 0,6‰ | 1,975‰ | 0,69‰ | 0,5‰ | 0,5‰ | 0,95‰ | 0,77‰ | 0,95 ‰ |
2 | IDO | 1,20% | 1,35% | 1,01% | 1,50% | 0,70% | 0% | 0% | 0% | 0% | 1,31 % |
3 | ISK | 0‰ | 0‰ | 0,95‰ | 1,2‰ | 0‰ | 0‰ | 0‰ | 0‰ | 0‰ | 0‰ |
4 | VAP | 0‰ | 0‰ | 0‰ | 0‰ | 0‰ | 0‰ | 0‰ | 0‰ | 0‰ | 0‰ |
Dari sajian data diatas dapat disimpulkan bahwa RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo melalui program PPI mampu mengendalikan kejadian infeksi / HAIs. Pemantaun akan terus dilakukan karena banyak faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi baik dari perilaku dan budaya pasien maupun perilaku petugas. RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo akan selalu berupaya meningkatkan kualitas pelayanan melalui edukasi cara pencegahan infeksi kepada pasien, keluarga dan semua karyawan rumah sakit.